Tuesday, 8 December 2009

catatan stensil malam.

Keran tua itu terus-menerus mengeluarkan air dari pipanya yang sudah berkarat, layaknya hati ini yang sudah mulai berkarat menunggu keluarnya kata-kata dari bibirnya.
Udara dingin malam yang semakin menusuk ke dalam tulangku makin terasa menyakitkan, adakah dia tahu rasanya?.

Menusuknya seperti rasa di dalam hati yang membuatku sesak hampir tak bisa bernafas.
Di ruangan tua itu hanya ada aku dan kamu, saling duduk berhadapan, saling menatap satu sama lain, tetapi tak ada hasrat untuk saling mengeluarkan sepatah kata.
Kupejamkan mataku sesaat untuk membiarkan imajinasi liarku menguasai asa pada malam itu.
Aku menghampirimu dengan lembut dan dengan hangat aku memelukmu tetapi kamu tidak bergeming sedikit-pun.

Lalu kubiarkan bibirku mulai menjamah kupingmu, lehermu, lalu dengan perlahan aku jamah bibirmu yang dengan cepat telah menyatu dengan bibirku.
Matamu tersontak kaget dengan lembut namun kamu pejamkan matamu ketika aku mulai menjamahi bibirmu dengan lembut

Kamu menikmatinya begitu juga dengan aku. Menikmati hangatnya bibirnya kita berdua yang saling menyatu, yang saling merasakan dan menikmati nafas yang tadinya terpisah sekarang telah menyatu.
Makin lama, aku semakin menikmati bibirmu, dan semakin kuat pula aku memelukmu, tetapi kamu tetap saja tak bergerak, kamu hanya menikmatinya.

Aku seperti mau mati, mau mati, ingin sekali mendengar suaramu yang berat dengan sedikit tengah berbisik.
Aku hanya ingin mendengar tiga kata itu dan jika kamu ingin kita berpisah setelah itu, aku akan dengan ikhlas melepasmu pergi.

Aku terus menjamahi bibirmu dan aku merasakan adanya aliran aneh karena menyatunya bibir kita berdua yang membuat aku bergidik.
Aku semakin ingin kamu, semakin ingin menjatuhkan tubuhku diatas tubuhmu yang semakin lama terasa hangat.

Kamu tetap memejamkan matamu, adakah kamu tahu aku begitu menikmati waktu ini? ditemani dengan jatuhnya titik-titik air dari keran tua berkarat. Suaranya membuat suasana semakin dalam.

Mungkin, jatuhnya titik-titik air melambangkan setiap kali aku jatuh rasa kepada kamu.
Imajinasi ku semakin liar, namun dengan sadar aku membuka mataku.
Kulihat dirimu memejamkan matamu.
Dan aku tersenyum, kamu membuka mata dan tersenyum.

Mungkin kita mempunyai imajinasi yang sama, saling menikmati imajinasi yang tak terlaksana di dunia nyata namun aku bahagia dan kulihat senyummu senang.
Jika kamu ingin pergi maka aku dengan ikhlas merelakanmu tetapi sementara itu tetaplah percaya dengan hati ini karena sampai kapanpun hanya ada aku dan kamu.
Akan kukarang cerita indah tentang mimpi kita yang jadi nyata untuk memenuhi asa dan hasrat kita berdua.

Dan kita tak akan pernah terpisah, karena selalu akan ada rindu diantara aku dan kamu.
Untuk sekarang, nikmatin lara kita berdua. Malam ini.

No comments: