Satu nama. Nama yang selalu tergiang di kepala. Dua tahun berlalu, masih saja nama itu menari bebas di kepala, meski nama itu kian samar di tahun ketiga, tapi tetap tidak bisa menghapus jejak manis kenangan tentang dirinya. Tentang sebuah nama yang berarti, hingga hari ini.
Dalam satu malam, malam bulan purnama. Pandanganku kabur, melebur dengan keindahan ciptaan Tuhan. Bulan purnama, langit malam terbentang luas,hanya beberapa bintang menemani kegagahan sang bulan. Pikiranku melayang jauh membuka peta dunia yang ada di kepalaku, berusaha memberikan titik pasti dimana lokasi kamu berada. Kamu di belahan dunia barat. Ragaku tak mampu menggapaimu, hanya doa yang kukirimkan untukmu.
Jiwaku berkelana, dalam dunia khayalku. Adakah kita menatap langit dan bulan yang sama?. Kamu pergi, pesan tersirat perih, suara berat dan asa yang mengganjal. Hati merintih perih dan pilu, tiap kali menyebut nama mu.
Asa ku, mimpi ku, impian ku, yang tidak akan pernah terucap meski setiap kata sudah kususun rapi, menjadi kalimat pasti dan indah. Kalimat yang akan kamu dengar dan dapat kamu cerna. Namun, tidak satu kata terucap.
Tentang sebuah nama. Nama yang kurindukan. Raga dan jiwa yang kunantikan. Dalam satu malam, malam penuh bintang dan sinar terang rembulan. Rindu yang sudah tidak terbendung.
Tentang sebuah nama.
Mungkin, hingga akhir waktu tak akan pernah raga dan jiwa kita bersatu. Jangankan bersatu. Saling tatap dan memahami arti dari nama kita berdua, saling mengerti tentang asa, mimpi, dan impian kita berdua. Mungkin, tidak akan pernah terjadi.
Tentang sebuah nama. Aku, kamu, kita, yang tak terhingga.
No comments:
Post a Comment