apa yang akan terjadi ketika marah yang telah cukup lama terpendam itu akhirnya keluar ke permukaan?
aku sendiri tidak bisa bisa membayangi apa yang akan terjadi. mungkin saja rasa marah ini salah namun bisa juga jadi benar. sejujurnya aku tidak paham apakah rasa marah ini dikarenakan bahwa aku benar atau aku memang salah.
tetapi apakah aku tidak boleh mengungkapkan emosi aku sebagai seorang manusia yang memang mempunyai hak dasar untuk mengemukakan suaranya.
marah yang yang terasa mungkin hasil dari akumulasi perasaan jenuh, bosan, ketidak puasan,dan penolakan. yang sebenarnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. kata-kata memang keluar dari bibir ini namun rasanya tidak pernah pas untuk bisa menggambarkan suasana hati dan situasi yang sedang terjadi karena orang lain belum tentu paham apa yang sedang dialami.
rasa marah itu begitu besar hingga kepala rasanya mau pecah, ingin berteriak sekeras-kerasnya namun terhenti ketika gambaran itu terlintas di kepala. "try to put yourself in his/her shoes", itulah gambaran yang terlintas di kepala.
alhasil rasa marah itu kembali terpendam, terhenti sejenak tetapi ketika datang lagi pemicunya, rasa marah itu menyala lagi namun tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa, yang ada hanya diam, tidak berselera untuk melakukan apa-apa, tidak ada hasrat untuk bertemu dengan orang, tidak ada hasrat untuk melemparkan sebuah senyuman, tidak ada hasrat untuk beramah tamah, yang ada hanya bertekuknya wajah menjadi lipatan-lipatan kemarahan.
dan akhirnya aku menjadi mati rasa.