Wednesday 30 October 2013

cin(T)a

Saya pertama kali menonton film ini di tahun 2010. Film yang diproduksi tahun 2009 ini menurut saya adalah salah satu karya film anak bangsa yang sungguh "Brilliant", kenapa?. Film ini bagaikan air dingin pelepas dahaga di tengah gurun panas perfilman Indonesia yang semakin tidak jelas arahnya, para pembuat film berlomba-lomba untuk membuat film yang nol kualitas dan hanya mementingkan popularitas dan meraup untung besar. 

Dengan mengangkat tema cerita cinta dua anak manusia berbeda keyakinan. Berjuang mempertahankan cinta, saling mempertanyakan kenapa perbedaan keyakinan menjadi sebuah penghalang untuk bersatu. Meski kesan di awal sepertinya film ini akan berakhir sama dengan film drama remaja indonesia lainnya ternyata film ini sungguh memberikan refrensi baru dan menyegarkan. 

Sang sutradara mampu mengemas sebuah masalah yang tabu dibicarakan di kalangan masyarakat karena cenderung sensitif yaitu agama dengan menarik. Dibumbui dengan masalah percintaan yang kerap kali terjadi di kehidupan nyata. Ada yang berakhir "happy ending" adapula yang tidak. Tapi di film ini ceritanya tidak terkesan murah atau pun picisan. Menurut saya justru penonton dibuat merenung dan memaknai sebuah rasa "cinta" yang sesungguhnya.

Bagi saya, sang penulis skrip memegang peranan penting dalam film ini. Pemilihan kata dan rangkaian kalimatnya sangat berkarakter dan sekali lagi, sungguh menggugah pikiran dan menjadi renungan tersendiri bagi saya (entah bagi anda..). Kalimat-kalimat sederhana namun sungguh pandai membuai dan membawa emosi penonton untuk ikut merasakan dan merenungkan apa yang dirasa oleh kedua karakter dalam film ini. Sepertinya penulis skrip ingin membawa pesan bahwa cinta tidak hanya sebatas  pada dua orang manusia yang saling terpana pada pandangan mata,  sentuhan fisik, melewati waktu bersama dan timbul emosi di antara keduanya. Rasa cinta yang ingin disampaikan di dalam film ini maknanya luas, bahkan menurut saya tidak terhingga. Seolah ingin menyampaikan bahwa dua orang manusia hanyalah sebuah medium transformasi untuk manusia menemukan cinta yang sesungguhnya. Cinta pada diri sendiri, cinta pada keluarga, cinta antar manusia dan yang tertinggi cinta pada Tuhan. 

Pemilihan pemain baru di film ini pun sungguh sebuah langkah yang sangat penting karena terlalu banyak aktor ataupun aktris di indonesia yang hanya mengandalkan tampang tapi kualitas aktingnya sungguh mengecewakan. Meskipun tampang kedua pemain di film ini memang masuk dalam kategori menarik tapi ditunjang dengan kualitas aktingnya, rasanya patut untuk diacungkan jempol. Arahan sutradara berhasil mengeluarkan karakter pemain. 

Annisaa, seorang perempuan jawa beragama islam. Karakter yang ditampilkan adalah seorang perempuan berparas cantik, lemah lembut tetapi selalu sendu. Diselimut dengan pergulatan emosi karena tekanan masalah di keluarga, sosial dan tugas akhir kuliahnya. Cina, seorang laki-laki keturunan tiong hoa beragama kristen. Karakternya yang cerdas, optimis, riang namun memendam segudang emosi dan amarah karena darah cina dalam tubuhnya tidak berpeluang besar di negaranya sendiri. 

Cerita cinta di antara kedua karakter ini hanyalah sebuah pemanis namun banyak sentilan-sentilan pada kehidupan nyata yang terjadi di Indonesia. Agama, budaya, politik, sosial, ekonomi dan lain-lain. Meskipun tidak digambarkan secara gamblang tetapi nyatanya banyak mencubit rasa dan pemikiran saya sebagai penonton (entah bagi anda...).

Selain itu pemilihan angle kamera yang cenderung di dominasi dengan ekstrim "close up" ke setiap objek di film ini juga bagi saya sungguh, sekali lagi, "brilliant". Dengan "treatment" kamera ini emosi yang ditampilkan rasanya begitu dekat dan ya sekali lagi, sungguh berani dan menyegarkan.

Musik. Nah, ini juga memegang peranan penting dalam memainkan emosi penonton, bagi saya sungguh musiknya "kawin" sekali. Penempatan musik pada setiap bagian filmnya bagian paling esensial, bagi saya. Hampir di setiap bagian film ini ditunjang dengan musik yang "kawin" memberikan ambiance yang bermakna dalam. Baik dari segi lirik dan musiknya sendiri. Semua tim yang terlibat dalam pembuatan film ini bagi saya sangat cerdas dalam menjahit setiap elemen yang ada di film ini. Membuat semua saling berkaitan satu sama lain dan seandainya salah satu pincang akan memberikan warna yang berbeda dan pesan yang ingin disampaikan belum tentu sampai. 

Permainan gambar di jari tangan di kedua karakter juga menurut saya adalah salah satu bentuk komunikasi penyampaian pesan yang menarik. Gambar bentuk emosi sedih dan bahagia sungguh menggambarkan emosi yang sedang terjadi pada saat itu. Well, gambar menggambarkan seribu bahasa bukan.

Yah, saya sangat mengapresiasi para tim dalam film ini. Mereka sungguh cerdas dan memberi hawa segar dalam dunia film indonesia. Sungguh kalian tim yang kawinnya luar biasa. Standing applauses!!!.


*(ceritanya) lagi belajar nulis review film. susah ya ternyata. ga sanggup bahasa tinggi. haha. segini dulu cukup. :). Salford, Manchester, Rabu, 30 Oktober 2013.