Saturday, 4 December 2010

gelap

diantara gelap, ada secercah sinar yang berusaha masuk ke dalam gelap. memberikan oksigen baru diantara gelap yang mengelilingi. memberi sebuah harapan, seperti harapan tanah baru, harapan wangi tanah segar yang akan segera diguyur dengan hujan. harapan itu seperti sinar yang terus memaksa masuk ke dalam gelap, berusaha mendobrak pintu gelap yang selalu tertutup dengan rapat.

andaikan saja sinar itu lebih kuat memperlihatkan sinarnya. mungkin gelap tidak akan segan untuk membuka pintunya secara perlahan. berusaha melihat dunianya yang telah lama ditinggalkan. seandainya ada penjelasan pasti bagaimana gelap mengunci rapat pintunya dan memutuskan ditemani kegelapan. dan sinar susah payah berusaha dan akhirnya sinarpun semakin lama meredup dan gelap semakin gulita, semakin gelap gulita.

tak ada secercah sinar yang berusaha memasuki dan mendobrak pintu gelap. tak ada harapan akan secercah sinar yang lalu datang kembali atau mungkin sinar itu hanya datang sementara, memberi sedikit pengharapan akan sinarnya yang menyilaukan. tak ada yang tahu,

Monday, 29 November 2010

pop mie...

"mau beli sesuatu dulu ga sebelum balik?" kata aku

"hmm, aku lapar sih, pengen makan pop mie gitu, kamu mau ga?" kata dia

"mm, boleh deh, tapi kan aku pengen diet. beliin aja deh, sekalian titip aqua sama dunhill lights menthol yah. makasi sayang." kataku

"ok. nanti berhenti di circle k, riau aja yah." kata dia

"siap bos besar." kataku


malam itu, aku sebagai supir, sepulangnya kami dari perjalanan mengelilingi kota bandung. sebagai dua pribadi yang sama-sama telah menghabiskan lima tahun di kota bandung. kami berdua bernostalgia dengan kota tersebut. percakapan malam itu di mobil seakan tidak terbataskan oleh waktu. kami berdua betul menikmati akhir pekan yang sudah direncanakan walaupun pada prakteknya kendala dana menjadi salah satu halangan. tetapi tidak pula menyurutkan semangat kami berdua yang menikmati konser salah satu band yang berasal dari australia.


"aku ga turun yah, jadi ga usah parkir" kataku

"ok, kamu mau pop mie rasa apa? atau kamu ikutin aku aja yah?' kata dia

"aku apa aja deh, jangan lupa aqua sama dunhill ya" kataku

"ok" kata dia


aku menjalankan mobil dan memutar arah balik dan menunggu di seberang jalan. dan kulihat dia melalui kaca spion tengah mobilnya. di kegelapan, tampak dia membawa kantong plastik yang berisikan pop mie, aqua, rokok, dan beberapa cemilan. aku bisa menebaknya dari jauh. dalam hati aku bergumam, tidak kupercaya, malam ini aku bersamanya, seakan tak ada batas waktu dan waktu yang jelas terlihat di jam digital mobilnya membuatku uring-uringan, karena aku tidak ingin segera berakhir. aku tidak ingin berganti hari, aku tidak ingin berganti pagi. aku ingin tetap malam, karena aku ingin menikmati waktuku bersama dia.


tok tok.. dan dia mengetuk kaca jendela mobil, menyadarkan aku dari lamunan kosong malam hari.

"kamu digodain tuh sama cowo-cowo" kata dia

"huh?..gila kamu yah, aku suka digodain sama cowo-cowo kayak gitu" kataku

"ya, siapa tau." kata dia

"jangan rese deh." kataku

"hehe..iya iya. maaf deh" kata dia

dan dia memasukkan kunci kamar ke lubang kunci di pintu itu, dan pintu pun terbuka. hawa pendingin kamar itu mulai tercium, lampu kamar tersebut mulai menerangi kamar yang dipenuhi dengan warna putih. kami berdua sibuk membersihkan diri dan merapihkan tas-tas kami yang berantakan.

"aku tuh ga suka deh, kalo berantakan. aku suka segala sesuatunya ada di tempatnya" kataku

"sama aku juga." kata dia, sambil sibuk melipat-lipat pakaiannya, sambil memisahkan pakaian kotor dan bersih.

"berarti kita sama. hihih..seneng deh." kataku

dan aku pun tersenyum, melihat tingkah lakunya yang cukup perhatian dengan barang bawaannya dan senang melihat segala sesuatunya dengan rapih. aku tetap sibuk melipat-lipat pakaianku, memilih akan memakai baju apa besok.

"kamu udah selesai belom bersih-bersihnya?" kata dia

"udah sih, tapi mau cuci muka dan sikat gigi dulu, kenapa?" kataku

"loh, katanya mau makan pop mie, kok udah sikat gigi?" kata dia

"hoo santai, tinggal sikat gigi lagi, ga susah kan. yang pasti mau ganti baju dulu. biar nyaman." kataku

"ya udah, aku buatin pop mienya dulu yah. tapi air panasnya darimana ya?" kata dia

"hmm, kamu minta ke restoran bawah, nanti dikasih termos biasanya." kataku

"sebentar, kalau ga salah tadi ada dispenser." kata dia

"ya udah, kamu cek gih. klo ga yah, kamu ke bawah" kataku

"huee, ada dispenser tau. kamu mau rasa bawang apa kari?' kata dia

"apa aja deh aku" kataku, yang sedang sibuk memakai krim malam mukaku.

dan tak lama kemudian, dia pun datang dengan kedua tangannya yang sedang memegang pop-mie. dia masih bingung, memilih pop mie rasa apa yang akan dia makan. lalu, dia menyalakan tv dan mulai menyiapkan garpu makan pop mie, sambil mengaduknya mie tersebut sehingga bisa tercampur dengan bumbunya.

dia taruh kedua pop mie tersebut di meja samping tempat tidur. dia sudah duduk manis di atas kasur dengan remote tv di samping tangan kanannya. dan aku mulai duduk di kasur menemaninya. sambil melirik ke samping meja, memilih rasa apa yang aku ambil. aku memilih ayam bawang, dan dia kari ayam.

kami berdua seperti anak kecil yang sedang makan di atas kasur. jika ada orang tua, pasti sudah dimarahi karena makan di atas kasur. dengan berselimutan, kami menikmati pop mie, dengan hawa dingin di kamar dan film-film aneh dini hari yang ditayangkan di salah satu tv channel. katanya menayangkan film-film box office, tapi malam itu kami tidak menemukan film bagus. sambil sibuk makan dan tertawa, kami menikmati cuplikan pidato obama, yang beberapa hari lalu berkunjung ke indonesia. dan mulai saat itu, kami muali berbincang-bincang dengan topik obama dan topik pembicaraan pun semakin meluas.

panasnya pop mi, dan lilitan mie di dalam mangkok plastik itu seperti perbincangan kami saat itu, menyenangkan dan begitu menikmati nostalgia dengan kota bandung, yang lima tahun lalu kami menjadi penghuni sementara. dan di sela-sela keasikan kami dengan pop mie malam itu.

"seandainya, aku udah kenal kamu dari dulu yah" kataku

"kenapa, emangnya?" kata dia

"gpp. aku seneng hari ini. makasih yah." kataku

"sama-sama. aku juga seneng."kata dia, sambil mendekat dan mencium keningku

dan aku pun luluh karena dia mencium keningku.


"kamu tau, aku pengen deh, nanti kalo punya kamar sendiri. sebelum tidur, baca buku atau koran, dan diskusi abis itu baru tidur" kataku

"sama, aku juga mau kayak gitu" kata dia

"and (dengan muka nakal) we could probably have sex. if we legally married, of course" kataku sambil tertawa karena senang meledek dirinya.

"hahaha, yes we could, you naughty girl" kata dia

"hehe, but you love me, you really love me." kataku sambil mengejek

"got your point lady" kata dia

dan malam itu kami tertawa, sambil menikmati pop mie di tengah malam dan ditutup dengan sebatang rokok.

ocha

"tambah ocha panasnya lagi mba?"

"oh iya, boleh mba. terima kasih"

"gelas satunya lagi?"

"hmm, oh, ya boleh silahkan. terima kasih"

selepas pelayan cantik itu pergi membawa dua teko yang berisikan ocha panas dan ocha dingin. dia baru saja kembali dari kamar mandi. lalu dia memanggil pelayan cantik itu tadi dan meminta buku menu. sudah dapat kuterka bahwa dia akan memesan sushi lagi. saya pikir, perutnya tidak akan pernah kenyang bagi sushi, selalu saja ada ruang bagi sushi-sushi itu untuk berdiam tenang di dalamnya.

tak lama kemudian, pelayan cantik itu datang kembali. membawa satu buku catatan kecil, dan mencatat semua pesanan sushi yang ingin dia lahap lagi. aku hanya memesan chicken karaage. aku tidak makan sushi, penjelasanku tidak akan masuk akal, jika aku jelaskan kenapa aku tidak makan sushi.

sudah satu setengah jam, sebenarnya kami berada di restoran sushi ini. kami menyebutnya ronde pertama untuk pesanan yang pertama tadi, dan sekarang masuk ronde kedua. walaupun dia tahu aku tidak makan sushi, dan aku tahu dia begitu menyukai sushi. selalu saja tidak bisa mengelak untuk pergi makan ke restoran itu. suatu hari nanti, mungkin kami bisa makan sushi bersama.


ronde kedua makan kami telah habis dilahap. selama makan, kami berbincang dan bersenda gurau, seperti hanya kami berdua di dalam restoran itu. dan tiap selang waktu 10 menit, pelayan cantik itu datang dan menawarkan ocha panas untuk diisi kembali ke dalam gelas kami berdua. waktu terus berlalu, dan canda tawa kami makin seru. gelegar suara tawanya membuat aku terkadang harus memintanya untuk mengecilkan suaranya. tapi dia tidak peduli, hingga akhirnya aku juga tidak peduli.


berdua, menikmati ocha panas itu dengan baik, walaupun makanan sudah lahap habis di depan mata kami. tetapi ocha panas itu setia menemani kami berdua. ocha panas yang lama kelamaan menjadi hangat. setia menemani kami berdua, membuat canda tawa dan topik pembicaraan kami di siang hari itu hangat dan menyenangkan.

kami berdua tidak henti-hentinya tertawa, sampai akhirnya kita keluar dari restoran itu dan masuk ke dalam mobil, kami masih saja tertawa dengan hal-hal yang menjadi topik pembicaraan kita siang itu.

"gw curiga, sama ocha tadi" kata dia

"kenapa? takut ada ganjanya yah?!" kataku

"hmm, boleh boleh, bisa jadi, dari tadi ketawa terus". kata dia

"ga ngaruh kali sama ochanya, emang dasarnya aja lo gila" kataku

"hmm..ocha ganja..curiga betul gw" kata dia


dan kami berdua tertawa seiring mobil kami keluar dari pelataran parkir restoran sushi itu.

misteri

lima tahun yang lalu, di kota itu, di bangunan putih itu, menjadi penutup kisahku di kota dingin nan sejuk. hiruk pikuk kota itu menjadi sahabat setia yang selalu menemani kegiatan ku. hingar bingar lalu lintasnya yang membuatku ingin teriak setiap kali lalu lalang di jalan kota itu.

masih misteri bagi ku, bagaimana kamu hadir di dalam hidupku. di dunia nyata kamu terlihat bagaikan seorang yang tidak peduli dan kejam. lain pula ketika kamu hadir di dunia mimpi, begitu lembut dan ramah. mungkin itu hanya interpretasiku atas hasrat dan keinginan yang begitu besar akan kehadiran dirimu.

cara tawamu dan gayamu ketika bercerita tentang pengharapan akan masa depanmu, aku begitu terpana dan decak kagumku tak berhenti melintas di pikiranku. kamu bukanlah manusia sempurna, yang membuatku bertekuk lutut dan memohon untukmu masuk dan menjadi bagian dalam hidupku. tetapi justru karena tidak sempurnanya dirimu, membuatku ingin mengenalmu jauh lebih dalam. tapi sayang, kamu memiliki tembok tinggi, yang tidak seorang pun boleh memanjatnya. tembok tinggi itu sangat kokoh, mungkin sekokoh hatimu ketika mulai mempunyai keinginan yang selalu dan entah bagaimana caranya harus kamu dapatkan.

masih misteri bagiku, bagaimana kamu bisa membuatku tertawa dengan celotehan-celotehan kering yang sering kamu ucapkan. anehnya kita sering tertawa bersama, dari keringnya celotehan itu menjadi sebuah celotehan yang basah dan serius. membuat kedua otak kita terdiam sejenak dan berpikir, celotehan apa lagi dan apa jawaban yang setidaknya cukup mendekati tepat dari celotehan kering itu.

sepertinya kita berdua begitu menikmati waktu bersama. arus waktu yang kita lalui bersama selalu saja terasa cepat dan tidak pernah cukup. misteri bagiku, akankah ada waktu tanpa batas yang akan aku lalui bersama kamu nanti? entah kapan, tapi aku begitu mendambanya.

kamu bukan manusia sempurna dari dua sisi. tetapi kamu menjadi sebuah penutup kisahku di kota itu dengan indah, dan akan terus aku merindukan hari-hari itu yang kulalui bersama kamu. misteri akan seperti apa, tetapi mungkin sudah kudapati pula jawaban itu.

kamu (mungkin) sebagai seseorang yang hadir di dalam sekat ruang waktu ku yang saling bersinggungan dengan sekat ruang waktu mu. awalnya meregang, dan semakin lama merekat dan saling tarik menarik, namun kembali lagi meregang dan kembali kepada ruang waktu masing-masing.

misteri.

Sunday, 28 November 2010

maaf

satu kata ini terkadang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi terkadang di waktu-waktu tertentu sangat sulit untuk diucapkan.

maaf.. ketika seseorang meminta maaf, apakah kamu sudah betul-betul memaafkan?? atau ketika kamu meminta maaf, apakah kamu betul-betul sudah memaafkan?

saya rasa, tidak akan ada seorang pun yang tahu pasti, apakah kita benar tulus meminta maaf dan memaafkan.