A: Lalu, apa dan siapa yang mau disalahkan jika sekarang kamu jadi menaruh rasa sama dia?
B: Memangnya aku memberi tanggapan harus ada yang disalahkan?
A: Kamu terlihat cemburu.
B: Lalu, salah jika aku cemburu?
A: Tidak. Tidak salah. Tetapi, kamu salah dalam menyikapi sikapnya ketika dia datang dan memberi tahu kamu soal perasaannya.
B: Ah! Kamu ini sok tahu. Aku hanya berusaha menyampaikan apa yang aku rasa dan ada di kepala. untuk apa aku simpan dan lalu aku cerita kepada orang lain, contohnya ke kamu. Apa fungsinya? Tidak akan merubah keadaan.
A: Memang tidak merubah keadaan, tetapi ada baiknya sebelum kamu mengambil sebuah keputusan dalam mengambil sikap, pikirkan lebih matang lagi dan jangan terlalu galak lah jadi perempuan. Tanpa kamu sadari, kamu kembali menjadi pribadi yang sombong.
B: Maksud kamu?
A: Aku tidak perlu menjabarkan. Kamu sudah tahu kok dimana letak kesombongan kamu.
B: Jadi, kamu menyalahkan aku?
A: Sekali lagi, aku tidak menyalahkan kamu. Gini ya, jika kamu tidak sombong dan tidak tergesa- gesa dalam menyikapi, kamu tidak akan menaruh rasa sama dia. Kamu tidak akan mulai memikirkan dia hanya karena seharian ini belum berkomunikasi.
B: Ya, perasaan orang mana tahu sih.
A: Memang tidak ada yang tahu. Bahkan aku sendiri juga tidak tahu entah kamu marah atau tidak sama aku sekarang karena ucapanku ini.
B: Aku tidak mengerti dengan keadaanku sekarang. Mungkin saja benar aku menaruh rasa sama dia,
karena apanya, aku sendiri masih mencari. Aku juga tidak mau jika perasaan ini hanya karena aku merasa sepi dan mulai menaruh curiga sepertinya dia sedang mulai mendekati orang lain.
A: Tuh kan! Kamu sendiri akhirnya bicara. Sudahlah, kamu sudah tahu apa jawabannya. Asumsi yang ada di kepala biarkan saja jangan diberi ruang karena percuma emosi dan energi mu akan habis tanpa makna.
B: Sederhana sih, aku pikir dia memang serius tetapi dia tampaknya orang yang tidak mau ambil pusing. Tapi, sialan juga! Kalau saja aku bisa lihat keseriusan dia, mungkin aku akan mempertimbangkan atau kalau memang dia benar suka, dia tidak mungkin mengalah begitu saja.
Sial! Mungkin karena aku pernah menyatakan ketertarikan tetapi aku takut. Sehingga dari situ dia sudah merasa menang. Aku kesal dibuatnya.
A:Sudahlah tidak perlu kamu pusingkan. Jika dia memang benar suka dia akan datang lagi ke kamu, jika tidak, ya kamu tidak rugi apa-apa.
B: Iya, memang tidak rugi apa-apa, tetapi aku nyaman cerita sama dia.
A: Ya sudahlah. Kalau memang waktunya kalian bersama, kalian akan bersama kok. Toh, kamu juga masih punya ketakutan dan kamu sendiri belum mau membuka diri.
B: Aku cuma ga suka dia mulai membaca diri aku dan mulai mendiktenya di depan mukaku. Bukan berarti aku mulai membuka diri dia bisa dengan mudah mendikte setelah menilai diriku. Aku benci mengetahui tambah satu orang lagi yang mengetahui keburukkan aku dan hanya akan dilihat keburukkan aku saja. Aku benci.
A: Sudahlah. Percuma kamu simpan rasa benci tidak akan mengubah penilaian dia terhadap kamu. Biarkan saja dia.
B: Tapi, terbesit rindu komunikasi dengan dia.
A: Kirimkan saja rindu itu melalui angin.
B: Iya.
A: Mau pulang dan istirahat?
B: Lagi, aku salah lagi.
A: Sudahlah, kesalahan kamu adalah pengalamanmu menuju yang memang untukmu. Jika kamu tidak melakukan kesalahan, kamu akan kembali sombong. Dengan kesalahan kamu kembali diingatkan oleh Sang Pencipta. Maka, bersyukurlah dengan itu.
B: Iya. aku mau pulang dan istirahat. Mobil kamu parkir dimana?
A: Di samping mobil kamu. Yuk?!
B: Yuk.