Desember.
Entah ada apa dengan saya setiap kali memasuki bulan ini, selalu saja timbul suatu perasaan yang susah sekali untuk diungkapkan. Saya hanya mampu merasa. Ya, merasa saja, tetapi terlalu takut untuk mengungkapkan. Barangkali, bisa saja saya salah menafsirkan apa yang dirasa ketika akhirnya saya sampaikan kepada seseorang.
Lima hari menjelang tanggal dua puluh delapan. Genap sudah. Dua puluh enam tahun yang lalu saya hadir di bumi. Belajar, belajar, dan belajar. Hingga saya sampai di masa saya sekarang ini. Kisah saya belum sampai pada titik, masih dalam tanda koma. Entah apa yang akan terjadi pada saya di kemudian hari. Secara pribadi, saya tidak bisa menilai sudah sampai sejauh mana saya berkembang, sekarang saya hanya mampu melihat diri sendiri dari segi spiritualitas.
Sisi spiritualitas yang masih bersifat karet. Kenapa karet?. Karena kadang menegang, kadang pula mengendur. Tidak bisa di posisi stagnan. Semakin hari, saya tidak berani membuat sebuah resolusi dalam hal urusan spiritualitas. Sudah banyak yang saya ingkari selama setahun kemarin haruskah saya perbanyak lagi keingkaran saya di kemudian hari?!. Tidak, saya tidak mau. Cukup. Saya akan mencoba perlahan tanpa harus berjanji pada diri sendiri ataupun kepada orang lain atau bahkan kepada Tuhan saya sendiri. Terlalu berat beban yang saya pikul dan tiap kali beban itu membayangi rasanya ingin lari jauh dan menutup seluruh lubang yang ada di tubuh.