RASA

dua kata, yang selalu dihindari.
Selamat tinggal.

Dua kata yang seharusnya mudah untuk diucap tapi kenyataannya selalu saja sulit untuk diucapkan.

I have to say good bye to you, directly or indirectly. This two words will never said to you. Even you’re in front of me.

Mengucap selamat tinggal tidak semudah menutup buku yang sudah selesai kita baca. Hidup bagaikan lembaran kertas putih yang kita coret setiap harinya.
Mengucap selamat tinggal ini merupakan hal yang sulit bagi saya. Harus mengakhiri bagian cerita tentang kamu meskipun tidak pernah sekalipun ada andil dari kamu untuk ikut mencoret lembaran kertas putih milik saya ini.

Saya memang belum akan pergi ke dalam tahapan hidup yang lebih serius tapi saya harus mulai memutuskan sesuatu dan harus rela menjalani keputusan itu dan harus dengan rela pula berpisah dengan kamu. saya dan kamu memang tidak pernah memulai suatu hubungan yang istimewa. Tidak ada niatan lebih dari sekedar berteman biasa sejak pertama kali kita bertemu, tapi bagi saya kamu berbeda.

Semua berawal dari canda tawa, cerita dan berbagi pengalaman. Saya pikir kamu hanya bagaikan pemandangan indah dalam perjalanan hidup saya yang sempat pahit dan kamu sebagai penawar rasa manis yang membuat hidup saya kembali tersenyum, tertawa dan jantung saya berdenyut lagi. Seperti kembali hidup di masa tumbuh sebagai remaja yang mulai terpikat dengan lawan jenis.

Destiny, here I am
Giving all my days, I never felt so in love before
Forever is not enough
Nothing can tear us apart
To be at your side, forever
To be in your heart, forever
To be at your side, forever
To be in your heart, forever
Destiny, here I am
Forever is not enough

Kamu membawa perasaan itu kembali kepada saya, kamu pula yang membawa saya kepada mimpi-mimpi indah, kamu juga yang membuat saya merangkai harapan. Kamu juga yang membuat perasaan rindu yang tertahankan bagaikan sakit disengat semut merah, perih, gatal, kamu juga yang membuat simpul senyuman sebelum saya naik ke atas kamar kosan dan menutup pintu dengan senyuman, kamu juga yang membuat hari-hari saya bingung harus memakai baju apa, kamu juga yang membuat saya bersikap aneh meskipun telah saya berusaha keras untuk tetap bersikap biasa, kamu membuat dunia saya berputar kala itu di waktu yang sempit. Kamu membuat perasaan menunggu seperti menanti jatuhnya salju di kota Jakarta yang panas. Tidak mungkin.

Menunggu dan berharap tentang kamu memang seperti mengharapkan hujan di kemarau panjang atau seperti melihat bintang di malam hari dengan mata telanjang di keramaian lampu ibu kota. Tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata tapi bisa terjadi dalam mimpi dan mimpi itu terjadi indah dan manis. Harus diakui menunggu dan berharap membuat hati ini lelah dan sakit. Ya, sakit dan lelah memang saya buat sendiri, seandainya bisa berkompromi dengan Tuhan lebih awal, saya tidak ingin ini terjadi tapi bisakah saya mengelak apabila Tuhan berkehendak?!. Kemudian datang dia di hadapan saya, menarik mata dan hati, tergoda ingin mencoba kembali apa yang selama ini hilang dalam kamus hidup saya. Awalnya takut untuk mencoba dan memulai. Takut terulang kembali rasa sakit di masa lalu, kegagalan dulu membayangi. Pada akhirnya saya mencoba tanpa ikatan, jalani saja dulu tanpa harus tahu kemana hubungan ini akan berlabuh. Harus saya akui, bukan hanya rasa sakit dan kegagalan di masa lalu yang membayangi, ada hal lain yang lebih kuat dari itu.

Bagaimana jika kamu datang dan mengakui bahwa ada sesuatu di luar pertemanan ini. Bagaimana jika kamu datang dan ingin kita mencoba lebih dari berteman. Bagaimana, bagaimana dan bagaimana?. Lalu saya berpikir, bodohnya memiliki pikiran seperti itu. Sebenarnya saya cukup tahu kamu seperti apa, cukup mengenal kamu seperti apa. Bahwa tidak mungkin saya dan kamu bersama lebih dari sekedar teman biasa. Apa kamu obsesi saya yang tidak atau belum terpenuhi??. Saya belum tahu.

Saya harus memutuskan sesuatu. Saya akan mencoba dengan dia. dia yang baik, dia yang sabar, dia yang sayang, dia yang mau mencoba berkali-kali dengan saya meski saya telah menyakiti hatinya karena saya masih mempunyai hati untuk kamu, dia yang ada di saat saya sedih, senang, marah, hingga sakit. Saya harus meneruskan hidup saya.

Saya yang perlahan menerima kenyataan bahwa diantara saya dan kamu tidak akan pernah melewati keadaan lebih dari teman biasa. Tidak ada tempat spesial untuk saya dalam diri kamu, berbanding terbalik dengan saya yang memiliki tempat spesial untuk kamu di hati saya. Ada di bagian hati saya, di dalam sana, dan berharap selalu ada. Namun suatu saat nanti harus saya tutup bagian itu dan harus dengan rela saya mengucap selamat tinggal. Harus saya kurangi kadar perasaan saya terhadap kamu.

I love you but it’s not so easy
To make you here with me
I want to touch and hold you forever
But you’re still in my dream

Kamu yang tidak pernah bisa saya rangkul, kamu yang tidak bisa saya peluk dan cium keningmu, kamu yang tidak pernah saya bisa temani dalam suka dan duka, kamu yang tidak pernah bisa saya temani ketika kamu sakit, kamu yang tidak pernah bisa saya temani ketika kamu terbaring lelah di tempat tidurmu. Kamu yang tidak pernah bisa saya temani di kala sedih melanda, kamu yang tidak pernah saya bisa siapkan sarapan dan makan malam. Kamu, kamu, kamu, kamu yang tidak akan pernah bisa berdiri di samping saya.

And I can’t stand to wait your love is coming to my life
Never thought that I would so strong
Stuck on you and wait so long

Kamu yang saya ingin rengkuh dalam dekapan, kamu yang selalu menari bebas di dalam pikiran saya, kamu yang membuat air mata ini jatuh perih ketika kepergianmu ke benua seberang. Saya harap kamu bisa mengerti perasaan saya, ketika malam itu saya mengungkapkannya. Bisakah kamu mengerti perasaan saya? Bahwa perasaan ini (mungkin) bukan perasaan selewat, bukan perasaan biasa, bukan pula perasaan kosong, bukan perasaan main-main. Meskipun sadar posisi saya. Saya tidak akan pernah bisa menyamai seseorang yang (pernah) ada di hati kamu.

Walau bagaimanapun setiap orang di lingkungan saya berusaha meyakini bahwa kamu hanya sebatas obsesi belaka yang belum bisa saya penuhi, ada hal di luar batas nalar dan luar batas kata-kata yang tidak bisa diungkapkan bagaimana perasaan saya ini. Kamu membuat saya menulis kembali, kamu menjadi ide dan inspirasi tulisan saya, kamu menjadi sebuah api yang menyala di setiap tulisan sederhana yang saya tulis, kamu menjadi sebuah simpul emosi yang hidup di setiap tulisan saya. Saya bukan penulis handal, saya juga bukan seorang yang pandai bermain dan merangkai kata tapi ada perasaan, emosi dan jiwa yang hidup di setiap barisan kata-kata yang saya rangkai dengan sederhana. Kamu yang membuat saya jadi seperti ini. Meskipun sekali lagi, saya sadar bahwa tidak akan pernah ada tempat spesial bagi saya di hidup kamu tapi saya akan tetap seperti ini terhadap kamu.

And I can’t stand to wait till night is coming to my life
And I still have a time to break a silence
When you love someone
Just be brave to say
That you want him to be with you

Saya tidak akan pergi kemana-mana, jika kamu mencari saya. Saya akan ada disini untuk kamu jika kamu membutuhkan saya meskipun saya tahu bahwa kamu tidak pernah dan berusaha untuk tidak bergantung dan membutuhkan orang lain dalam hidup kamu. saya tetap disini untuk kamu tapi, berat hati saya harus mengucap selamat tinggal jika waktu sudah tiba. Waktu dimana saya sudah benar-benar tidak bisa lagi berbagi hati dengan kamu, waktu dimana saya harus melepas kamu pergi, waktu dimana saya harus bersama dia dalam sebuah ikatan. Waktu dimana saya sudah memiliki dan dimiliki dan dijaga ikatan Tuhan. Seandainya semua bisa saya katakan, seandainya semua bisa saya habiskan semua. Seandainya saja saya tidak pernah bertemu kamu, maka akan lain ceritanya. Tidak, tidak pernah sekalipun terlintas di pikiran saya menyesali keberadaan kamu di hidup saya. Kamu memang tidak seindah pemandangan danau segara anak dilihat dari puncak rinjani, tapi kamu berarti bagi saya. Kamu membuat cerita hidup saya menarik dan setidaknya kamu sudah tahu akan perasaan saya ini.

Jika Tuhan berkehendak antara saya dan kamu, maka waktu akan datang jika tidak maka waktu juga yang akan menunjukkan alasannya. Jadi, saat ini saya ingin mengucap selamat tinggal sementara. Kamu tidak perlu mengetahui itu, karena perlahan, alam dengan sendirinya akan memberi tahu dengan jalannya sendiri. Sekali lagi jika Tuhan berkehendak untuk saya dan kamu, alam juga dengan sendirinya akan memberi jalan.

When you hold your love
Don’t ever let it go
Or you will lose your chance
To make your dream come true

Saya dan kamu memiliki jalan hidup masing-masing, kini mari saling menikmati kemana petualangan hidup ini membawa kita sampai pada akhirnya kita tahu dimana akan berlabuh. Jika saya dan kamu bisa bertemu di pelabuhan yang sama maka saya bersyukur, jika tidak saya tetap bersyukur. Selalu ada alasan dibalik semua peristiwa dan petualangan hidup saya dan kamu. setidaknya kamu sudah tahu bagaimana saya terhadap kamu. jika ada waktu saya ingin mencium kamu, sekedar ingin tahu tentang perasaan saya ini.

Its not a message from a wise person but anonymously said that it all start with a kiss. When you kiss then you’ll know where you going afterwards. And others will said, you can also start with a hug, there you’ll know is he or she will be the person you can count on or not.

Faithful dreams

Baby, your all that I want to be here
Cause every time I close my eyes you’re always being around in my mind
And if tears are down in my arms, you’ll around me
Don’t you see, you’re heal my heart
From the pain
Can’t you see how, you’re holding my mind
So please understand me
Can’t you feel hoe
I’m living my life without you
So please don’t you leave me here
Baby, you’re all that I want to be hold
Cause you’re not in my side
You’re always spinning around in my mind

Untuk kamu disana.
“I’ll walk I live with my decision
to forget you…”