Wednesday, 7 August 2013

Malam takbiran.

Rabu malam. Menurut tanggal romawi jatuh pada 7 Agustus 2013. 

Hari terakhir masuk kantor sebelum Hari Raya Idul Fitri. Malam takbiran saya habiskan di kantor. 

Pukul 18.38, selepas sholat maghrib saya putuskan untuk keluar kantor dan pergi ke salah satu tempat makan di pusat perbelanjaan daerah Senayan. 

Ketika tiba di lantai bawah ternyata hujan deras dan angin dingin kencang menyambut malam takbiran tahun ini. Dingin.

Ada pilu dan sepi terasa di dada. Tapi, saya tidak sendiri. Ada keluarga menanti di rumah, ada teman-teman yang saya janjikan untuk santap malam bersama. 

Tapi rasa itu datang, beriringan dengan derasnya air hujan dan angin dingin malam ini. Ingin rasanya saya berada di dalam sebuah ruang gelap dengan lampu temaram dan aroma frangipani mewangi. 

Bersimpuh dan bersujud memohon ampun dan berdoa kepada-Mu. Mengangkat kedua tangan, menundukkan kepala. Menyembah-Mu dan memohon ridho dan restu-Mu, Tuhanku. 

Sesekali bayangan itu muncul. Senang sekali mengejutkan hati ini. Bagaikan disengat listrik yang memilukan hati dan menyakiti. Bahagia sekali bayangan itu tiap kali datang menghampiri. 

Saya katakan. Cukup!. Malam ini, terakhir kali jiwa bebas saya berkelana ke alam memori itu. Alam memori bersamamu, alam memori akan harapan yang kini telah terkubur dalam. 

Pahit dan sakit yang saya rasa. Dengan rela hati meskipun berat, saya ubah menjadi sebuah doa. Doa harapan akan datangnya kebahagiaan dan mimpi yang ingin kamu capai. 

Iya, saya menyayangi dan mencintai kamu sepenuh hati. Tapi, Tuhan menggariskan lain sayang. Semoga di malam takbir ini, saya dan kamu dapat menjalani hidup kita dengan baik. Semoga nanti ada waktu bagi kita untuk saling bercerita dan mengenang masa lalu sebagai sebuah pelajaran berharga. 

Amin.