Saturday 12 October 2013

Here I am.


Rabu sore, Pukul 5 sore waktu Salford, Manchester.

Setiap hari rabu sesi kuliah dimulai pukul 10 pagi. Ini minggu kedua saya di kota Salford, Manchester, masih adaptasi dengan lingkungan sekitar dan tentunya kehidupan baru disini. Semua seperti dimulai dari titik nol. Tidak seperti dua minggu sebelumnya, dimana hari saya disibukkan dengan kegiatan di kantor dan segala macam urusan peliputan yang masih "on progress".

Saya masih merasakan "jet lag" setelah naik pesawat selama 14 jam lamanya. Wuih, rasanya sudah lama sekali tidak berpergian dengan pesawat terbang dengan waktu penerbangan yang lebih dari 3 jam lamanya. Badan rasanya letih dan minta untuk diistirahatkan tapi kota ini terlalu menarik untuk dilewatkan, selain itu juga berbagai macam administrasi dan kegiatan selama minggu pertama kuliah tidak bisa saya lewatkan. Mulai dari lapor diri ke kampus, buka rekening bank lokal, bikin kartu mahasiswa, bongkar koper, menata kamar dan lain-lain. Rasanya ingin segera selesai sehingga bisa duduk tenang dan istirahat sejenak di dalam kamar sambil menghangatkan diri, karena masih belum terbiasa dengan udara dan angin yang super dingin, tapi akhirnya semua bisa diselesaikan secara bertahap, hanya saja butuh kesabaran, ketenangan dan tenaga ekstra untuk menyelesaikan semuanya.

Akhirnya di minggu kedua inilah saya bisa sedikit bernafas lega, meskipun kuliah sudah dimulai. Seperti tidak ada titik dalam sebuah kalimat. Tak mengapa, toh, saya begitu antusias dengan segala petualangan baru di kota ini. Seperti punya mainan "puzzle" baru. Well, destiny here i am.

...............

Hari rabu siang, sesampainya di flat saya merasa sangat letih dan kantuk yang tidak tertahankan, setelah melewati sesi kelas pagi dan berjalan kaki menuju pulang. Jarak kampus dan flat  sebenarnya hanya membutuhkan 15 menit berjalan kaki, kalau naik kendaraan tentunya hanya kurang dari 3 menit. Sampai kamar saya langsung melepas sepatu dan mantel dingin lalu meregangkan pinggang sambil merebahkan badan di kasur, tidak lama dari itu saya tertidur dengan telepon genggam masih di tangan.

Dua puluh menit kemudian saya terbangun karena getaran telepon genggam, ibu baru saja mengirim pesan singkat menanyakan kabar hari ini dan bagaimana suasana kuliah minggu kedua. Ah, Ibu, rindu.

Beberapa menit kemudian pesan singkat lainnya masuk, saya masih setengah sadar dengan kedua mata yang berat dan lengket untuk dibuka, pesan singkat lainnya masuk dengan nomor telepon lokal.

Hmm, saya ragu dan bingung seketika. Hanya kedua teman flat saja yang tahu nomor telepon lokal saya disini selebihnya tidak ada, tapi mengapa pesan singkat ini tahu nomor dan nama saya. Aneh. Sambil setengah sadar saya membaca dan membalas pesan singkatnya.



"Halloooo…ini Dina dari Indonesia?" kata dia.

"Hallo. Yes its me. I'm sorry who is this?" kata saya.

"Ini Aldi, teman kelasnya Nhu Loan yang dari Vietnam, katanya dia punya teman dari Indonesia di Bramall Court" kata Aldi.

"Ooh hi, Aldi (sambil memberi gambar emosi senyum). Iyaa, btw kok kamu bisa bahasa indonesia?. Ah senangnya ada orang Indonesia." kata saya.

"Iya bisa bahasa Indonesia baru belajar nih.. hehe. Ngapain malam ini?" kata Aldi.

(Masih keadaan tidak sadar dan belum nyambung) "Loh, jadi kamu orang Indonesia apa Vietnam? Indonesia kah? Cuma di flat aja sepertinya. Kenapa?" kata saya.

"Ada acara di student life, Musician Society"kata Aldi.

"Oiya? Belum pernah ke student life nih. Baru sampe hari kamis kemarin. Hehe" kata saya.

"Kebetulan temenku main gitar disana, kali aja mau datang its free." kata Aldi"

"Boleh jam berapa?" kata saya.

"Jam 8 mulai." kata Aldi.

"Kamu tinggal dimana?" kata saya.

"Ngobrolnya sekalian disana aja. Ya udah nanti aku jemput, kan ada free bus" kata Aldi.

"Ok boleh, mau jam berapa kesini?." kata saya.

"Jam 7an mungkin ya." kata Aldi.

"Ok, kabarin aja ya." kata saya.

Ok, saya masih setengah sadar, sungguh letih dan mengantuk, masih belum nyambung dan masih juga bertanya apakah dia orang indonesia atau vietnam. Saya simpan nomor teleponnya, dan kemudian saya bangun, segera sadarkan diri. Sesaat setelah benar-benar sadar saya mencoba lihat profil Aldi di dalam sebuah aplikasi pesan singkat. Hmm, tampangnya lumayan, ha..ha..ha. Ok, tapi foto bisa saja menipu ya (dalam hati saya bergumam), kita lihat aslinya.

Ada yang lucu dan perasaan seperti diajak kencan pertama kali. Ini lucu. Apa karena saya sudah lama tidak merasakan hal ini ya?!. Entahlah. Saya putuskan untuk mandi biar segar dan setelah berpakaian saya memutuskan untuk memakai "eye liner" agar terkesan tidak terlalu cuek banget jadi perempuan. Sambil menunggu kabar, saya asik "browsing" internet sambil bertukar pesan singkat dengan teman saya di Indonesia.

"hi, saya sudah di Bramall Court nih." 

"oh, hi. ok, sebentar yah. udah lama?" kata saya sambil tidak enak hati.

"lumayan, saya di depan gerbang ya."

"ok, tunggu 5 menit ya".

Dan inilah momen yang mendebarkan. Tidak maksud melebih-lebihkan tapi ini mungkin yang dinamakan kopi darat, bukan dalam arti yang sebenarnya. Saya meyakinkan bahwa ini sebuah ajang sosialisasi dan kekeluargaan sesama warga indonesia yang sedang berada di luar negeri. Ada sebuah rasa atau sensasi kesenangan bisa kenal dengan sesama orang indonesia dan bisa berbagi waktu bersama dan tentunya berbicara dengan bahasa indonesia. Ah, lega.

Ground floor.. (kata suara perempuan elektronik dalam lift).

Saya jalan menuju pintu flat dan udara dingin langsung menyambut saya. Anginnya kencang dan dingin sekali, ingin balik saja rasanya ke kamar. Dari jauh saya melihat Aldi berdiri di balik pagar dengan sedikit terhalang oleh tembok batu bata pagar flat. Hmm, ternyata Aldi orangnya tinggi, mungkin tingginya sekitar 170cm.

"hi, Aldi ya" kata saya.

"hi, Dina"

"iya, brrr.. dingin banget. ok, kita jalan sekarang? hmm, ga telat kan?"

"ga kok. hmm, mau jalan kaki atau naik taksi?" kata Aldi.

"hmm, jalan ok aja, kalau naik taksi memangnya lokasi jauh?"

"ga jauh sih sebenernya, tau perpustakaan ga?"

"iya tau, trus?"

"nah, tinggal jalan sedikit lagi ada gedung di sebelah kanan, nah disitu deh student life, acaranya di Bar Yours".

"ooh, ya udah terserah kamu aja. saya jalan ok, naik taksi juga ok."

"kalo gitu, naik taksi aja gpp ga? dingin kan?"

"ok, gpp. iya nih."

"saya telepon dulu ya"

Aldi sibuk dengan telepon genggamnya dan dari pelipis mata saya mulai mengamati Aldi sembunyi-sembunyi. Ya, dia tinggi untuk laki-laki indonesia. Malam itu dia memakai celana jeans hitam dengan sepatu converse hitam klasik, dia memakai kacamata dengan frame ala band Weezer, Graham Coxon. Dia memakai jaket beludru warna hitam yang jatuh pas di badannya, tidak terlalu besar dan tidak juga kekecilan, di dalamnya dia memakai kemeja flanel kotak-kotak berwarna merah, rambutnya dipotong cepak, kulitnya cokelat sawo matang, tutur bahasanya sopan. Hmm, penampilannya ternyata boleh juga, he..he..he.

Kami-pun tiba di kampus, karena taksi hanya bisa sampai di lobby gedung utama kampus maka kami harus jalan sedikit menuju ke lokasi Bar Yours. Ini adalah pertama kalinya bagi saya jalan kaki malam hari di dalam kampus. Suasana malam itu sepi, tidak ada orang, hening, hanya suara angin dan udara dingin yang cukup menusuk kulit. Lampu remang dan temaram dari gedung tua kampus dan lampu jalanan menemani perjalanan kami, sambil melewati pinggir taman kampus.

"kalau winter biasanya disini orang banyak main skateboarding loh. british sometime can do crazy things. which when you see its impossible, to them is possible" kata Aldi.

"yes, i can see that. kamu juga ikutan lagi?" kata saya antusias.

(tertawa) "aku ga bisa main itu, aku cuma main salju aja. Jadi udah mulai terbiasa dengan udara di Inggris?" kata Aldi.

"hmm, masih adaptasi sih tapi bisalah cuma ga tau kalau pas winter yah"

"tapi beberapa hari ini udaranya lagi bagus, mataharinya lagi panas cuma ya anginnya kayak gini, dingin, kalau pas winter rasanya males kemana-mana, enaknya di kamar, browsing, streaming, makan indomie deh" kata Aldi tertawa.

"emang kamu udah berapa lama disini? udah mau selesai ya?" kata saya penasaran.

"aku dari tahun lalu tapi belum mau selesai kok" katanya sambil menenangkan.

"berarti mau dua tahun? betah?"

"iya, ya betah-betah aja sih" katanya tertawa.

"hmm, iyalah betah, disini enak coba kalau udaranya ga sedingin ini"

"hmm, kalau kamu liat ke kiri sebelah sana, itu mesjid kampus. Saya kalau sholat disana. tapi jangan anggap kayak mesjid gimana ya, cuma bangunan kotak gitu warna putih, bisa liat ga?"

"yang mana? ooh yang itu. hmm, aku baru tau kalau ada mesjidnya. Baguslah, jadi ga susah kalau mau ibadah".

"aku sering sholat isya berjamaah disana, enak kok."

"tapi pasti banyakkan cowok nya kan?" kata saya menjustifikasi..

"hmm, iya sih" kata Aldi tertawa.

"masih jauh ga?"

"kenapa? kedinginan ya?"

"lumayan beku tangan" kata saya tertawa menghibur diri.

"dikit lagi kok, tuh gedung putih yang terang, keliatan kan?"

"ooh, ok. baiklah"

Dan dalam perjalanan kami malam itu, ditemani dengan suara hembusan angin pepohonan kampus, kami-pun melihat tupai yang sedang asik dengan makanannya sambil jalan beriringan dengan kami. Sungguh menyenangkan akhirnya bisa berkomunikasi dengan bahasa indonesia. It really is nice, destiny, here i am, giving all my days.

-Bersambung-

*Salford, Minggu, 13 Oktober 2013, musik oleh Katja & Piering - Destiny (Versi asli oleh Homogenic), nama asli dari tokoh disamarkan, demi privasi (tsah, gaya deh gw).

Monday 7 October 2013

Seminggu. #latepost

Seminggu ini banyak cerita. Kejadian yang dialami lebih banyak membuat kepala keriting dan bingung mana yang harus didahulukan. Karena prioritasnya sama-sama penting.

Merasa bahwa tidak ada kemajuan sama sekali. Hanya diam di tempat, sedangkan waktu berjalan terus. Alamak!. Kepala rasanya enak kalau dijeduk ke tembok, sesekali biar terasa sedikit lebih ringan. 

Tapi, di satu sisi lain, ada kejadian tidak terduga. Mengejutkan dan jujur menyenangkan. 

I was so suprised with the situation. Somehow, it feels like it was all connected to each other. I never expected that it will happened, you know?!. What i mean is that, something is beyond your reach, so suddenly come to you. 

How do you reacted to that kind of situation?. I honestly was so thrill and yet i am calming myself down. Alarm myself not too much excited and expecting. 


Continue later. 

mulai lagi (starting again)





Ah!. Saya tidak akan mengulas musik dari East & Young. Pertama kali saya dengar musik dua orang ini rasanya seperti melayang, apalagi ditambah dengan suasana dan tempat baru dimana saya akan mulai petualangan baru selama setahun ke depan (hmm, berharap bisa lebih dari satu tahun). Musiknya begitu hidup ketika dengar di "Social Room" tempat saya tinggal sekarang.

Duh!. Kenapa jadi mampet untuk nulis sesuatu yah?!. Hmm, baiklah. Begini, lagu ini menjadi salah satu lagu penyemangat saya ketika kedua kalinya menginjak tanah Ratu Elizabeth II. Lirik dari lagu ini terkesan dalam namun dikemas begitu ringan. Selain itu lagu dari salah satu DJ, Armin Van Buuren - This is what it feels like. Ah!. Lagu dan liriknya, lagi-lagi bagi saya begitu dalam namun dikemas dengan ringan dan nada ceria (menurut saya).

Jadi, kaitan kedua lagu dengan kehidupan saya sekarang ini adalah yah, saya akan memulainya lagi semua dari awal dan ternyata rasanya seperti ini. Tidak ada beban, tidak ada rasa sedih. Namun jika dilihat ke belakang akan sedikit memberi rasa perih sementara dan sakit ketika tahu keadaan yang ada sekarang tentang dia. Nah, si dia ini. Ya, dia. Si pria yang pernah hadir singkat dalam hidup saya selama dua tahun kemarin. Saya sempat berpikir bahwa dia akan menjadi yang terakhir tapi ternyata tidak, dan ya, lagi-lagi berakhir dengan kondisi yang tidak enak.

Sudahlah, rasanya tidak ada keinginan untuk membahasnya kali ini. Mungkin nanti. Saya masih punya hutang sama kamu, bahwa saya akan mulai mencoba menceritakan apa yang sedang saya alami sekarang ini dan mungkin beberapa ide untuk proyek film dokumenter sebagai tugas selama kuliah berlangsung.