Monday 9 December 2013

Malam panjang di Eropa. Bagian 1.

Tik..tik..tik..tik.. seperti itukah bunyi air hujan jatuh dari langit?.

Hari minggu belum berakhir. Masih pukul lima sore waktu Manchester, tapi gelap seperti pukul sepuluh malam waktu Jakarta. Jendela kamar sengaja kubuka agar udara segar masuk ke dalam kamar, selain itu juga dikarenakan saat bekerja ataupun santai aku suka merokok di dalam kamar meski dilarang oleh pengelola gedung. Minggu sepi. Seharian aku habiskan hari dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Berselimut di kasur sambil membaca atau mengecek media sosial sambil ingin tahu ada apa dengan teman-teman di Jakarta atau selain itu aku habiskan waktu dengan berkhayal. Ya, berkhayal? anehkah kedengarannya?.

Kuputuskan bangun dari kemalasan di kasur. Tanpa sadar hujan sudah turun dan bercak air hujan menetes turun di jendela kamar. Angin mulai berderu kencang, hawa dingin mulai mendominasi kamar dan akupun mulai mengigil. Kamarku berada di lantai 15. Ini bukan apartemen mewah layaknya di Jakarta tapi ini lebih kepada sebuah flat berlantai 15 dan setiap flat ada yang berisi tiga atau empat kamar. Aku, kebetulan mendapat flat yang berisi tiga kamar, meski harus berbagi dapur dan kamar mandi tapi paling tidak aku punya kamar sendiri. Kamar yang kutempati cukup dibilang besar, ruangan yang berukuran 3 x 6 m dengan dua jendela besar yang menghadap ke gedung flat lain dan pemandangan rumah penduduk. Jika malam tiba atau jelang matahari terbenam adalah pemandangan terbaik yang bisa dinikmati dari jendela kamarku. Tidak banyak perabotan di dalam, hanya beberapa furnitur sesuai dengan fungsinya, tempat tidur kasur yang dibawahnya terdapat empat laci yang bisa diisi dengan barang-barang, lemari pakaian, meja belajar, rak buku dinding dan pemanas ruangan. Kamarku adalah rumah kecilku yang sengaja kubuat senyaman mungkin, sehingga aku merasa nyaman berjam-jam di dalam kamar, dan memang aku selalu berhasil membuat nyaman untuk "kandangku" sendiri. Tidak ada yang mewah, semua serba sederhana, semua yang ada sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya masing-masing.

Aku duduk di meja belajar dengan laptop menyala. Genap sudah tiga bulan aku merantau jauh dari rumah. Kebiasaan bermalas-malasan masih melekat, tapi pembelaanku adalah tak ada salahnya menikmati waktu tanpa melupakan prioritas kewajiban. Hari ini, kalender menunjukkan tanggal 27 Oktober 2013, beberapa teman di kampus kemarin lalu mengingatkan untuk memundurkan waktu satu jam lebih lambat. Musim gugur segera berakhir dan selamat datang musim dingin. Perdebatan soal waktu ini ternyata dibahas di berita nasional di Inggris, haruskah tiap memasuki musim dingin, kita mengatur ulang waktu satu jam lebih lambat?. Tampaknya perdebatan belum menemukan solusi dan harus tetap mengalah dengan sistem waktu Greenwich.

Brrr...angin malam makin dingin dan suaranya semakin kencang. Karena berada di lantai paling atas, suara angin semakin kuat terdengar. Inilah musim dingin di Eropa. Pukul empat sore tadi matahari mulai terbenam dan gelap semakin gulita. Aku bahkan sering ragu jika pulang malam dari kampus padahal waktu masih menunjukkan pukul enam sore.

Hari ini aku merasa lelah, entah karena apa. Padahal aku tidak banyak melakukan aktivitas. Mungkin otakku yang lelah, banyak berpikir tapi tak ada aksi, yang nyata hanyalah menunda. Aku pergi ke dapur. Memasak adalah salah satu pelarianku kini ketika merasa mulai banyak pikiran dan tak bisa berlaku banyak dan memasak pula menjadi obat bagiku untuk merasa tenang dan nyaman, ya, mungkin karena ini urusannya dengan perut kenyang. Dan memasak ternyata sebuah "hobi" yang terpendam sekian lama. Aku merasa hidup dan sepenuhnya menjadi perempuan. Di saat waktuku sendiri di dapur, tanpa kehadiran dua teman flat, aku kadang berkhayal. Aku memasak untuk diriku dan seseorang yang sebentar lagi pulang. Menanti seseorang pulang dengan muka lelah dan kedinginan, lalu kusambut dia dengan masakan hangat dan muka lelah menjadi sumringah. Dengan pelukan hangat dan kecup di pipi kiri kanan dan kening sambil berkata "makan yuk, aku udah masak buat kamu". Hal paling dasar bagi manusia untuk bertahan, makan. Tapi itu hanyalah khayalan, kenyataannya aku memasak untuk diriku sendiri dan inilah yang paling aku suka, ketika masakan sudah matang. Aku mulai menata meja belajar ku agar terdapat ruang bagi beberapa piring yang akan aku bawa ke dalam kamar, laptop sudah menyala siap menayangkan beberapa film untuk menemani ku saat makan. Meskipun film itu sudah berkali-kali aku tonton, tetap saja aku menikmatinya.

Ini masih hari minggu dan besok senin. Sudah tidak ada mata kuliah yang wajib aku hadiri tapi hari-hari akan dipenuhi dengan mengerjakan tugas yang menjadi ujian semester pertama. Malam masih panjang, aku duduk sambil makan dengan menonton "She's all that". Film lama di saat masih duduk di bangku SMA.

.........

No comments: